adajabar.com – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan tiga faktor yang memicu terjadinya hujan ekstrem di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Mulai hari ini hingga 2 Januari kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan,” ujar Dwikorita, Selasa (27/12/2022).
Ia menambahkan, seruakan dingin Asia merupakan fenomena yang cukup lazim terjadi saat Monsun Asia aktif yang mengindikasikan adanya potensi aliran massa udara dingin dari wilayah Benua Asia menuju ke wilayah selatan.
“Dampak adanya seruakan dingin dari Asia yang disertai arus lintas ekuatorial ini dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator,” paparnya.
Selain itu, Dwikorita menambahkan, juga terdapat adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator.
Situasi itu, lanjut dia, dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di sekitar wilayah Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan Indonesia.
Ia menyebutkan, beberapa wilayah berpotensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode tanggal 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023, yakni Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
“Perlu diwaspadai potensi hujan lebat hingga sangat lebat di beberapa wilayah itu,” katanya.
Sedangkan untuk Jabodetabek, kata Dwikorita, justru pada 28 Desember masih kategori hijau yang intensitasnya hujannya ringan sampai sedang. Hujan ekstrem di wilayah Jabodetabek menurutnya, justru meninggkat mulai tanggal 29 Desember.
“Jabar atau Jabodetabek itu 28 Desember itu masih hijau, insyallah, jadi hijau itu ringan sampai sedang, masih relatif aman hanya mulai 29 Desember itu mulai diwaspadai menurut prediksi kami,” ujarnya.
Dia melanjutkan, terkait potensi cuaca ekstrem, BMKG bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan teknologi modifikasi cuaca. Ini bertujuan agar awan-awan yang berpotensi membuat hujan lebat atau ekstrem turun di perairan atau luar pemukiman.
“Agar itu dapat dipaksa turun di laut Jawa atau di wilayah luar pemukiman misal di danau atau di waduk, itu sedang berkerjasama dengan BRIN untuk modifikasi cuaca,” katanya.
Dwikorita meminta pihak-pihak terkait dapat melakukan persiapan seperti memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Selain itu, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
“Jadi mohon untuk benar-benar tidak hanya mewaspadai tapi disiagakan,” ucapnya. (dbs)