Gencatan Senjata Israel-Hamas Tertunda, Pengeboman Terus Terjadi di Gaza

Kondisi kamp pengungsi Jabalia di Gaza (21/11/2023). (ist)

Jakarta, adajabar.com – Israel dan Hamas sebelumnya dilaporkan setuju melakukan gencatan senjata sementara selama empat hari, dengan imbalan pertukaran sandera, sebagaimana dimediasi Qatar.

Namun sejumlah update muncul, di antaranya kemungkinan tertundanya realisasi gencatan senjata akibat sejumlah masalah yang belum rinci. Gaza sendiri saat ini masih memasuki waktu Kamis (23/11/2023) dini hari.

srael sender dilaporkan masih terus membombardir Gaza. Mengutip laporan terbaru Al-Jazeera Kamis pagi, serangan intensif terus diberikan Israel di Jalur Gaza.

Di Deir el-Balah dan di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, serangan Israel menghantam bangunan tempat tinggal. Menurut kantor berita Palestina Wafa, ini memicu kekhawatiran akan banyak kematian dan cedera.

Wafa juga mengatakan serangan terjadi di lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza. Beberapa daerah di Khan Younis dan Rafah di selatan juga menjadi sasaran serangan udara Israel, termasuk sebuah bangunan yang menampung kelompok amal di sebelah Rumah Sakit Kuwait di Rafah.

Al Jazeera Arab juga melaporkan bahwa pasukan Israel menargetkan kru pertahanan sipil di Beit Lahiya di Gaza utara. Belum ada update terbaru korban tewas eski kemerin total 14.000 warga sipil telah meregang nyawa, termasuk 6.000 lebih anak-anak.

The Guardian melaporkan bagaimana berbagai media di Israel melaporkan bahwa gencatan senjata sementara akan tertunda. Begitu pula kesepakatan penyanderaan.

“Sebuah sumber Israel mengatakan kepada surat kabar Israel Haaretz bahwa pertempuran di Gaza tidak akan berhenti selama belum ada batas waktu yang pasti untuk perjanjian dengan Hamas,” muat media itu.

Sumber BBC juga melaporkan bahwa pemerintah Israel akan menunda gencatan senjata, yang sebelumnya diperkirakan pukul 10.00 Kamis ini. Sementara itu, seorang pejabat Israel mengatakan kepada kantor berita AFP, pertempuran antara Israel dan Hamas tidak akan berhenti “sebelum hari Jumat”.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Gallant berjanji untuk membawa pulang semua sandera dan memberantas Hamas. Ini ditegaskan dalam konferensi pers yang digelar Rabu malam, pasca pengumuman persetujuan gencatan senjata sementara oleh kabinet dilaporkan.

“Warga Israel, saya ingin memperjelas: perang terus berlanjut,” kata Netanyahu dimuat CNBC International.

“Perang terus berlanjut. Kami akan melanjutkannya sampai kami mencapai semua tujuan kami,” tegasnya.

Netanyahu mengatakan dalam siaran pers bahwa negaranya secara historis berjuang untuk membawa pulang sandera dalam setiap kasus. Bahkan menyebutkan serangan Entebbe tahun 1976 di mana saudaranya sendiri meninggal saat bertugas di IDF.

Hal sama juga dimuat Al-Jazeera. Dikatakan bagaimana Netanyahu berujar “penghapusan Hamas” menjadi tujuannya.

“Memastikan bahwa sehari setelah Hamas, Gaza tidak akan berada di bawah kendali pihak mana pun yang terlibat dalam terorisme atau mengajarkan terorisme,” katanya.

“Kami akan menjamin keamanan dan keselamatan warga kami baik di utara maupun selatan. Kami menang, dan kami akan terus berjuang sampai kemenangan penuh,” ujar politisi dari partai ekstrim kanan itu.

Ia pun memerintahkan Mossad untuk bertindak. Terutama melawan para pemimpin Hamas “di mana pun mereka berada”.

Mossad atau Ha-Mossad le-Modiin ule-Tafkidim Meyuhadim adalah dinas rahasia Israel. Mossad bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen, operasi rahasia, dan kontra-terorisme di Negeri Zionis itu.

Pernyataan ini sendiri telah menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran dari para pengamat. Hal ini ditakutkan memperkeruh suasana di tengah kesepakatan yang sudah dibuat.

Dalam kesempatan berbeda, Biden mengatakan warga Palestina tidak akan diusir paksa dari Gaza dan Tepi Barat. Ini, ia sampaikan saat melakukan panggilan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

Biden juga mengatakan bahwa AS tidak akan mengizinkan pengepungan permanen terhadap Gaza atau penarikan kembali perbatasannya. Sebelumnya ini menjadi kekhawatiran mengingat Israel sempat berujar akan mengontrol Gaza sementara. (dbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *