Sejarah, Keistimewaan, Hingga Tradisi Pawai Obor Setiap 1 Muharram

Pawai Obor sambut 1 Muharram. (ist)

Bandung, adajabar.com – Masyarakat Indonesia melakukan berbagai tradisi untuk penyambutan 1 Muharram. Salah satu tradisi yang dilakukan setiap 1 Muharram adalah pawai obor 1 Muharram. Pawai ini dilakukan oleh iring-iringan kelompok pembawa obor yang mengenakan baju muslim.

Alasan dibalik penyambutan luar biasa ini, yakni karena bulan Muharram menyimpan keistimewaannya. Mulai dari alasan penetapannya, hingga amalan yang bisa dilakukan.

Tradisi Pawai Obor
Pawai obor 1 Muharram merupakan tradisi yang dilakukan oleh iring-iringan kelompok orang untuk menyambut datangnya 1 Muharram. Mengutip Ridianto dalam artikelnya yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Pawai Obor 1 Muharram, iring-iringan ini akan mengelilingi jalan raya dengan berbusana muslim sembari membawa obor yang dibuat dari bambu. Tak hanya itu, untuk menambah meriahnya suasana, mereka juga memainkan alat musik rabana dan gendang.

Selama pawai obor 1 Muharram, sholawat dan pujian kepada Allah SWT akan dilantunkan bersama-sama untuk menunjukkan rasa syukur. Sejak awal dimulainya tradisi ini, tak ada ketentuan khusus mengenai siapa yang boleh mengikuti pawai.

Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua dapat bergabung memeriahkan suasana pawai obor 1 Muharram. Itulah mengapa pawai obor 1 Muharram kerap dijadikan sebagai alternatif untuk menjalin silaturahmi sesama manusia.

Sejarah 1 Muharram
Muharram bermakna terlarang, yang artinya dalam bulan ini haram untuk memulai peperangan dan pertumpahan darah. Menurut penjelasan Gilang Risky Maulana, Karisya Aprilliani, Katarina Alfianti Hafianti, dan Hisny Fajrussalam dalam Tradisi Pawai Obor dalam Memperingati Tahun Baru Islam di Kabupaten Purwakarta, latar belakang penetapan 1 Muharram telah dimulai sejak zaman jahiliyah. Pada masa tersebut, nama-nama bulan hijriyah sudah ditetapkan. Hal ini karena rasa kebingungan yang dialami oleh para gubernur yang kerap menerima surat dan perintah tanpa tanggal tertera.

Selanjutnya, sayyidina Umar Bin Khattab, sahabat, dan sederet orang pemangku kepentingan lainnya melakukan musyawarah terkait sistem penanggalan. Dalam diskusi tersebut, timbul berbagai pendapat mengenai tahun pertama dimulainya penanggalan. Ada yang mengatakan bahwa tahun pertama harus dimulai ketika nabi lahir, ada yang mengatakan ketika wafatnya nabi, ada yang mengatakan saat nabi diangkat menjadi Rasul, dan ada pula yang mengatakan ketika nabi hijrah ke Madinah.

Setelah melalui beberapa pertimbangan di sana-sini, akhirnya diputuskan bahwa permulaan tahun dalam sistem penanggalan Islam dimulai saat Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Alasan utamanya karena mereka menilai bahwa era tersebut adalah awal masa kejayaan umat Islam. Jika sebelumnya nabi hanya dapat berdakwah dengan sembunyi-sembunyi, sekarang dakwah sudah dapat dilakukan secara terbuka. Kalender kemudian dinamakan sebagai kalender hijriyah.

Tak hanya mengenai penanggalan saja, diskusi masih berlanjut membahas bulan pertama dalam kalender hijriyah. Ada yang berpendapat bahwa bulan Rabiul Awal harus menjadi bulan pertama karena sama dengan waktu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.

Namun, pada akhirnya sayyidina Umar dan sayyidina Utsman menetapkan bulan Muharram sebagai bulan pertama karena wacana hijrah disebutkan pada saat para sahabat membaiat (melantik sebagai pemimpin) nabi di akhir bulan dzulhijjah, tepat sebelum bulan Muharram.

Keutamaan Bulan Muharram
Mengutip NU Online, terdapat setidaknya 3 keutamaan bulan Muharram.

1.Bulan Mulia
Bulan Muharram dinilai sebagai bulan yang mulia, selain bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Hal ini disebutkan dalam Surat At-Taubah ayat 36.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚوَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: “Sungguh bilangan bulan pada sisi Allah terdiri atas dua belas bulan, dalam ketentuan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketentuan) agama yang lurus. Janganlah kamu menganiaya diri kamu pada bulan yang empat itu. Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

2.Nama Allah
Bulan Muharram adalah bulan Allah, karena namanya yang lebih islami jika dibandingkan dengan nama bulan hijriah yang lain. Selain Muharram, nama bulan hijriah lainnya adalah nama yang dipakai pada masa jahiliyah. Sementara itu, ketika Islam ada, Allah menyebut Shafar Awwal (nama bulan Muharram saat masa jahiliyah) sebagai Muharram, dan dinisbahkan dengan asma-Nya.

3.Puasa Sunnah
Setiap bulan Muharram ada amalan puasa sunnah yang punya tingkatan selevel di bawah puasa Ramadhan, yakni pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram. Artinya, berpuasa di bulan Muharram sangat dianjurkan karena akan diberi ganjaran pahala yang luar biasa oleh Allah SWT. (dbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *