Hukrim  

Gagal Berangkat, Puluhan Jemaah Umroh Asal Garut Lapor Polisi

Ustaz Encep Awaludin Wahab selaku pembimbing jemaah umroh dari Majelis Taklim At Taufik Kabupaten Garut bersama dua jemaah umroh yang menjadi korban dugaan penipuan pihak travel WT, menunjukkan sejumlah berkas bukti kerja sama dengan pihak travel WT, Senin (23/1/2023). (doc.ist)

Garut, adajabar.com – Puluhan jemaah umroh plus Turki di Kabupaten Garut telah menjadi korban dugaan penipuan yang dilakukan pihak pengusaha travel. Mereka pun berniat untuk melaporkan pihak pengusaha travel ke kepolisian.

Adanya dugaan peniupan yang dilakukan pengusaha travel terhadap puluhan jemaah umroh asal Garut tersebut, disampaikan Ustadz Encep Awaludin Wahab selaku pembimbing jemaah umroh dari Majelis Taklim At Taufik.

Hal itu berawal dari kerja sama pihaknya dengan salah satu perusahaan travel umroh berinisial WT yang beralamat di Kabupaten Bandung.

Saat itu disepakati ada 22 jemaah umroh dari Garut termasuk dirinya yang akan berangkat umroh ke Tanah Suci plus ke Turki dengan menggunakan jasa travel WT.

“Namun ternyata pihak travel WT tidak melaksanakan kewajibannya mengurus berbagai persyaratan kami untuk bisa berangkat umroh. Akibatnya kami sempat telantar di Bekasi bahkan ada yang nyaris tak jadi berangkat umroh,” ujar Encep, Senin 23 Januari 2023.

Disebutkannya, pihak travel WT hanya mengurus akomodasi pemberangkatan para jemaah dari Garut ke Bekasi. Selebihnya dari itu, semua kewajiban pihak travel sama sekali tidak dilaksanakan termasuk mengurus pembuatan visa, biaya hotel, tiket ke Tanah Suci, serta yang lainnya.

Dugaan penipuan yang dilakukan pihak travel WT, tutur Encep, mulai terbongkar ketika Jumat 30 Desember 2022 rombongan jemaah umroh Majelis Taklim At Taufik berangkat dari Garut menuju Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Namun setibanya di bandara, ternyata tidak ada seorang pun dari pihak travel yang menyambut jemaah sehingga membuat mereka heran.

Encep menerangkan, saat itu bahkan para jemaah mendapatkan kabar yang sangat mengagetkan. Soalnya mereka dinyatakan tak bisa berangkat umroh karena berbagai alasan. Salah satunya, mereka belum memiliki visa pemberangkatan.

Ketika dirinya mencoba menghubungi pihak travel WT untuk mempertanyakan hal itu, imbuh Encep, pihak travel malah menyuruh para jemaah untuk kembali ke Garut. “Pihak travel pun menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan bus untuk membawa mereka kembali ke Garut,” uap Encep.

Hal ini tentu saja membuat para jemaah sangat kebingungan dan sedih. Apalagi sebelumnya mereka sudah melaksanakan syukuran sekaligus pamitan kepada pihak keluarga, kerabat, serta tetangga untuk pergi umroh.

“Kok bisa-bisanya ada visa jemaah yang tidak keluar padahal sejak jauh-jauh hari para jemaah sudah menyetorkan uang untuk pembiayaan umroh dan berbagi persyaratannya. Lagi pula kenapa informasi itu baru disampaikan pada kami di saat kami sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta?,” katanya.

Meski saat itu dinyatakan tidak bisa berangkat, lanjut Encep, ia dan jemaah lainnya tak mau kembali ke Garut dan memilih bertahan di bandara. Setelah tiga hari telantar di bandara, mereka mendapatkan informasi pihak travel ternyata memang belum mengurus persyaratan mereka mulai dari visa, tiket, dan juga akomodasi hotel untuk di Mekkah dan Madinah.

Disampaikan Encep, per jemaah dikenakan biaya untuk umroh plus ke Turki sebesar Rp37,5 juta. Sementara itu jumlah uang yang telah dibayarkan jemaah Majelis Taklim At Taufik kepada pihak travel WT mencapai Rp702,5 juta.

Sesuai kesepakatan, tambahnya, uang itu untuk biaya pengurusan seluruh persyaratan umroh sekaligus biaya transportasi mulai dari pemberangkatan dari Garut sampai pulang kembali ke Garut. Selain itu, dengan jumlah biaya tersebut juga sudah termasuk biaya akomodasi hotel di Mekkah, Madinah, dan juga Turki.

“Kenyataannya, untuk mengurus visa pemberangkatan, tiap jemaah malah dimintai lagi uang masing-masing Rp4 juta oleh pihak travel. Yang paling tak mengenakkan, para jemaah juga diusir petugas hotel karena ternyata pihak travel belum memenuhi kewajiban pembayaran ke pihak hotel,” kata Encep yang saat menyampaikan hal ini kepada wartawan didampingi sejumlah jemaah yang menjadi korban.

Berkat tekad para jemaah yang bersikukuh untuk tidak kembali ke Garut dan tetap ingin berangkat umroh, tutur Encep, akhirnya mereka bisa berangkat umroh walau jadi dibagi tiga gelombang. Itu pun setelah pihaknya berupaya meminta bantuan travel lain yakni JTravel dengan biaya ditalangi oleh salah seorang jemaah.

Meski mereka pada akhirnya jadi berangkat umroh, disampaikan Encep, pihaknya dan para jemaah tetap akan melaporkan pihak travel WT ke pihak kepolisian. Hal ini untuk mencegah agar peristiwa serupa jangan sampai terulang lagi pada jemaah lainnya.

Apalagi berdasarkan data yang mereka terima, selain 22 jemaah asal Garut, ada juga dua jemaah asal Tasikmalaya dan dua jemaah asal Bandung yang mengalami nasib serupa. “Selain itu, informasi dari pihak pengelola hotel tempat mereka menginap, kejadian seperti ini telah terulang beberapa kali terhadap jemaah yang menggunakan jasa travel WT,” ucap Encep. (dbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *