Sukabumi, adajabar.com – Kue keranjang merupakan sajian ikonik setiap perayaan imlek. Tradisi imlek dirayakan oleh seluruh warga keturunan Tionghoa di Indonesia sebagai sebuah peristiwa budaya. Saat perayaan Imlek pastinya akan dipenuhi dengan berbagai macam dekorasi pernak-pernik khas, tak terkecuali makanan.
Salah satu makanan khas Imlek yakni Kue Keranjang yang bentuk dan teksturnya mirip dengan dodol. Kerap disajikan saat Imlek, orang Tionghoa meyakini Kue Keranjang merupakan hidangan yang membawa keberuntungan. Rasanya yang manis mengibaratkan bahwa seseorang harus berperilaku dan bertutur kata manis supaya dapat saling menguatkan.
Di Kota Sukabumi, Jawa Barat, kue ini juga turut menjadi hidangan khas imlek. Bahkan, ada seorang warga keturunan China yang masih konsisten menjaga tradisi imlek ini dengan membuat kue keranjang atau dodol keranjang.
Dia adalah Afat, perajin dodol keranjang Bintang Rejeki sejak tahun 1970-an. Dodol keranjang buatannya masih laris dibeli pelanggan setianya. Ia menekuni pembuatan dodol keranjang ini sebagai usaha musiman. Afat membuat dodol keranjang di rumahnya, Jalan Tipar nomor 35 Kota Sukabumi. Dengan dibantu 25 pekerja, Afat dapat memproduksi kue dodol keranjang hingga 1,5 ton per hari. Selama puluhan tahun kue keranjang buatan Kota Sukabumi ini populer di pulau Jawa.
Marketing pemasaran, Dilla Novianti mengatakan, bahwa Rumah Produksi Kue Keranjang Bintang Rejeki ini merupakan usaha turun menurun yang berdiri sejak tahun 1970an. Rumah Produksi ini masih menggunakan metode tradisional, mengandalkan 25 orang karyawan.
Dengan menggunakan bahan dasar tepung ketan kanji, proses pengukusannya memerlukan waktu selama 24 jam. Dalam bahasa mandarin kue ini disebut Nian Gao atau kue tahunan. Setiap tahun kue ini dapat terjual hingga 30 ton atau bahkan lebih. Pemasaran kue ini tidak hanya di Sukabumi, tetapi juga hingga ke Jabodetabek, Bandung dan Cianjur. (hms)