Jakarta, adajabar.com – Media Sosial dihebohkan dengan keberadaan rumah mewah yang dibiarkan terbengkalai di di Kompleks PLN di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Siapa sangka rumah mewah terbengkalai di kawasan Klender, Jakarta Timur ternyata masih dihuni oleh seorang ibu yang menyandang gangguan jiwa, Eny, bersama anaknya, Tiko. Selama 12 tahun, keduanya tinggal di rumah yang cukup besar tapi tak terurus. Bahkan tanpa listrik dan air.
Kisah pria kelahiran tahun 1999 itu pun menjadi viral di media sosial dan mendapat berbagai tanggapan dari warganet. Tak sedikit yang memuji Tiko sebagai anak berbakti atas kesabaran dan kesediaannya merawat sang ibu yang menurut Tiko mengalami depresi, meski belum dipastikan diagnosisnya.
Dalam unggahan video di kanal YouTube Bang Satria yang diunggah pada 31 Desember 2022, Tiko mengatakan bahwa ibunya tak bisa bertemu dengan orang tak dikenal.
“Enggak bisa (masuk) takutnya Mama (Eny) berontak. Soalnya kan Mama kalau sama orang lain itu udah enggak bisa ketemu, nganggep orang lain tuh musuh,” kata Tiko dalam video tersebut.
“Entah karena depresinya, entah karena problem masa lalunya, jadi kalau ketemu orang tuh pasti marah-marah terus diusir.”
Bahkan, terkadang Tiko pun menjadi sasaran marah-marah, ini tergantung emosi dan kondisi sang ibu yang tidak stabil.
Tiko pun berkisah, sejak 2010 perubahan pada rumahnya sudah terjadi secara perlahan. Mulai dari pencabutan listrik, disusul dengan air, tak adanya akses gas alam, kemudian ditumbuhi tanaman liar.
“Sempet dibersihin (tanaman liarnya) tapi lama-lama bukan karena males cuman kan sekarang udah mulai kerja jadi ada kesibukan lain dan tanaman ini (tanaman rambat liar) tumbuhnya cepet,” jelas Tiko.
Pihak RT di daerah Tiko sebetulnya sudah membantu membersihkan tanaman-tanaman tersebut. Namun, tanaman liar itu tumbuh dengan cepat dan belum sempat dibersihkan lagi.
“Sempat dibantu sama RT bersihin rumah, cuman enggak sampai dua tiga bulan udah gini lagi.”
Pria yang kini berusia 23 itu pun menceritakan soal sang ayah yang tak kunjung datang atau bahkan berkabar selama 12 tahun belakangan.
“Denger kabar sih setelah cerai itu langsung pulang ke Madiun untuk menemui anak-anaknya. Kemungkinan Mama istri kedua, sejak itu enggak pernah dateng lagi, enggak pernah berkabar sama sekali.”
Ia pun sama sekali tak mengetahui soal kabar ayahnya. Saat cerai dengan sang ibu, ayahnya sudah menginjak usia senja yakni 80-an.
“Jadi enggak tahu juga entah masih ada sekarang atau enggak juga enggak tahu kabarnya.”
Tiko dan ibunya pun tidak pernah diberi nafkah oleh sang ayah semenjak ayahnya pergi begitu saja.
“Cuman emang dulu tuh punya Pakde, dulu masih suka nitipin uang setiap tahun tapi di 2019 sudah enggak ada lagi.”
Tak hanya ayahnya, keluarga Tiko yang lain pun hilang kontak begitu saja. Jika pun video tersebut ditonton oleh keluarga ayahnya, ia tak mau muluk-muluk dan tak ingin menitip pesan khusus.
“Enggak bertele-tele sih cuman pengen mereka tahu bahwa kondisi saya seperti ini. Enggak mau nitip pesan apapun cukup mereka tahu aja saya begini di sini sama Mama,” katanya.
Tiko ingin sang ibu mendapat rawat jalan dengan memanggil ahli medis ke rumahnya. Namun, ia tidak setuju jika sang ibu dibawa berobat lepas begitu saja di panti atau rumah sakit jiwa.
“Paling kalau dititip ke panti saya enggak mau, keberatan. Kalau berobat jalan atau dipanggil ahlinya untuk berobat ke rumah saya enggak masalah selama ada saya mendampingi, tapi kalau lepas saya enggak mau.
Dalam video berikutnya di kanal yang sama, Tiko dan Satria bekerja sama dengan Dinas Sosial untuk membawa Eny berobat.
Proses evakuasi Eny berjalan cukup rumit karena sempat ada perlawanan. Namun, evakuasi pun akhirnya berhasil.
Dalam keterangan video, Eny sudah ditangani pihak medis dan kemungkinan akan dirawat intensif selama 10 hingga 20 hari. (dbs)